Selasa, 27 Maret 2012

Mempertanyakan Tugas Polisi (?)

Sumber gambar : coroflot.com

Mengulas kembali perdebatan tugas seorang polisi masih dipertanyakan. Belum lama mereka berulah mengkonsumsi narkoba, kini "mereka" bertingkah seolah layaknya preman. Pemandangan ini bisa kita lihat ketika ada di lokasi demo atau di jalan-jalan raya sekitar anda. Sebagai contoh, demo yang terjadi beberapa waktu lalu di sekitar kampus UIN Sunan Kalijaga, para polisi dengan seenaknya menarik dan memukuli dengan paksa para simpatisan demonstrasi hingga berlumuran darah dengan dalih para demonstran lebih dulu melakukan perbuatan melempari polisi dengan batu dan tak mau dibubarkan. Seperti pula yang terjadi tadi pagi di selatan Balaikota Yogyakarta sekitar pukul 08.00 anak muda mengendarai motor entah karena apa tiba-tiba dipukuli saja anak itu pake tangannya. Kejadian semacam ini apakah pantas dilakukan oleh seorang polisi yang tugasnya mengamankan negara. Lantas, apa bedanya kalo gini polisi dengan preman-preman pasar atau sejenisnya.
Ironinya, peristiwa ini hanya dipandang sebelah mata. Sikap polisi yang demikian dianggap hal yang biasa dan harus mereka lakukan demi pembelaan. Yang menjadi pertanyaan apakah harus menggunakan cara paksaan dan kekerasan seperti ini. Saya rasa citra polisi tercoreng habis oleh tingkah laku mereka sendiri. Dengan kekuasaan yang  didapatkan secara leluasa memanfaatkan jabatannya itu untuk membuktikan bahwa "mereka" mampu melakukan sekehendak hatinya. Menjadi suatu keprihatinan tersendiri bagi saya sebagai masyarakat melihat kondisi yang tak kunjung berakhir ini.
Fenomena lain, bisa kita lihat ketika ada operasi tilang yang dilakukan di titik titik tertentu. Secara prosedur mereka benar melakukan pengecekan dan operasi surat-surat kendaraan, tetapi tidak sedikit diantara "mereka" memanfaatkan momen seperti ini untuk mencari uang panas tambahan. Bagaimana tidak, bila para pengendara melakukan kesalahan, "mereka" memberikan pilihan bayar di pengadilan atau di tempat. Bahkan, sering kali "mereka" ini melakukan arahan untuk bayar di tempat dengan alasan bayar di pengadilan akan lebih mahal karena banyak calo-calo di sana. Dengan mengeluarkan surat tilang dan menyodorkan pasal-pasal kesalahan yang dilakukan pengendara bermotor, kita harus berhati-hati ketika menghadapi situasi ini. Terkadang "polisi" memberikan surat tilang berwarna merah bukan warna biru yang artinya kita mengelak dari kesalahan. Ini membuktikan bahwa ada indikasi untuk mencari uang lebih lewat operasi ini.
Saya berfikir, bagaimana nasib birokrasi polisi di masa depan kalau saja tetap seperti ini. Apakah keadaan akan semakin baik atau justru sebaiknya. Lantas, bagaimanakah nasib masyarakat bila terus menerus digerus oleh ulah "mereka" ini. Astaghfirullohhaladzim.. Itu yang bisa saya ucapkan. Semoga saja peristiwa memalukan ini bisa cepat terselesaikan. Bagi "mereka" yang melakukan cepat saja diberi hidayah...hehhe

Hanya bisa berkata, Tuhan tidak tidur pak, bu pol...biar mereka sesuka hati melakukan itu, tapi ingat hidup ini singkat, tunggu saja saat penantian-penantian itu...

0 Comments:

Posting Komentar