Sabtu, 06 Oktober 2018

Kepemimpinan Utsman bin Affan




A.     BIOGRAFI DAN KEPRIBADIAN UTSMAN BIN AFFAN
Utsman bin Affan, merupakan salah satu Khulafaur Rasyidin (sahabat Nabi Muhammad SAW) yang lahir lima tahun setelah Rasulullah lahir, tepatnya 574 M di Thaif. Beliau terlahir dari golongan bani Umayyah, yang memiliki harta yang melimpah. Di balik kekayaannya, beliau dikenal pribadi yang jujur, dermawan, tidak sombong dan sosok yang taat pada Allah SWT.
Utsman masuk Islam saat duduk bersama Abu Bakar. Dalam majelis ini, Abu Bakar mempunyai kesempatan untuk berdakwah tentang Islam. Abu Bakar kemudian mengajak temu dengan Rasulullah, dan menawarkan masuk Islam. Dengan rendah hati tanpa paksaan, Ustman secara resmi masuk Islam.
Dzunnuurain dan Shahibul Hjiratain adalah dua gelar yang disandangnya. Dzunnuurain, berarti orang yang memiliki dua cahaya. Ustman sendiri sangat dekat dengan Rasulullah, maka dinikahkannya putri Rasulullah, Ruqayyah kepada Ustman. Tak lama dari itu, istrinya meninggal. Beliau terus murung, Rasulullah pun meminta Ummu Kultsum untuk dipinangnya.
Sedangkan shahibul hijratain, lebih dikenal pada perjalanan hijrah sebanyak dua kali bersama Rasulullah, yakni Habbasyiah dan Madinah. Hal ini dilakukan seiring dengan desakan tekanan umat Quraisy. Dalam peristiwa Hudaibiyah, Ustman mendapat amanah untuk Abu Sofyan dan memintanya untuk menjelaskan bahwa penduduk Madinah yang ke Mekkah hanya untuk beribadah di sana, bukan untuk mencari perang.
Beliau menjadi sosok tauladan dalam membela Islam, lewat kedermawanannya dengan membantu orang-orang dikala susah atau sedang berjihad. Kepribadian dermawan terbukti dengan pasukan muslim tengah berperang (perang Tabuk) pada musim paceklik. Beliau bersegera untuk menyumbangkan sebagian hartanya seperti kuda, unta, bahan makanan dan sejumlah uang. Adapun rinciannya ada yang menyebutkan 900 ekor unta, 50 ekor kuda, dan 1000 dinar.
Utsman bin Affan juga pernah membeli sumur untuk dipergunakan bagi kaum muslimin senilai 20000 dirham dari tangan Yahudi. Kala itu, ketika hari mendekati siang, Ustman beserta dengan kafilah telah datang dari Syam menuju Madinah dengan membawa gandum, minyak dan kismis diangkut dengan 1000 ekor unta untuk dibagikan kepada umat muslim, khususnya fakir dan miskin hanya karena Allah SWT.
Sungguh luar biasa nilai-nilai daripada kedermawanan Utsman bin Affan. Beliau menganggap bahwa harta bukanlah segala-galanya, semuanya milik Allah, harta hanya titipan, manusia hanya bisa memanfaatkan hartanya untuk kebaikan umat muslim. Harta tidak akan berharga jika tidak diinfakkan dalam kebaikan juga untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

B.      KEPEMIMPINAN UTSMAN BIN AFFAN
Pasca meninggalnya Umar bin Khattab, Utsman terpilih sebagai khalifah selanjutnya melalui musyawarah bersama dalam usianya 70 tahun, menjadi khalifah ketiga sekaligus tertua. Masa kepemimpinan Utsman, bisa dipandang meraih kesuksesan besar, seperti halnya dengan khalifah-khalifah sebelumnya atau sesudahnya. Mulai dari membuat mushaf, perluasan wilayah, kebijakan penanganan fitnah yang melanda negeri itu, mengembangkan pertanian, membuat tempat khusus pengadilan, mereshuffle gubernur-gubernur menjadi lebih layak dan mumpuni.
Kala terjadi perbedaan cara baca Al-Quran umat muslim, Utsman bersama sahabat segera membuat mushaf bersama Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Az Zubair, Sa’id bin Al  Ash juga para huffazh (penghapal Al-Quran). Hal ini dilakukan mengingat adanya perselisihan dalam membaca Al-Quran dan dikhawatirkan akan memecah umat Islam, juga adalah kitab Allah.
Masa pemerintahan Utsman juga melakukan perluasan wilayah ke Afrika Utara dan Asia Barat, bahkan Pulau Ciprus. Tentara Islam pun mampu meraih kesuksesan melawan tentara Romawi. Beberapa daerah yang ditaklukan seperti : Armenia, Khurasan, Ciprus, Tharabulus, Tunisia. Dengan di bawah Panglima Muawiyah bin Abu Sufyan berhasil melebarkan sayapnya dan ini juga sebagai realisasi kabar Rasulullah sebelumnya.
Bisa dibilang masa pemerintahan Utsman adalah masa yang penuh dengan keharmonisan. Bentuknya seperti melimpahnya harta benda, keberhasilan perang, bebas merdeka, tidak ada pungli maupun aturan yang mengekang, tetapi di sisi lain ada pihak-pihak yang tidak menyukai Utsman atas keberhasilannya, dan melakukan kedustaan dan fitnah. Salah satunya tokoh Yahudi, Ibnu Sauda Abdullah bin Saba’ melancarkan aksi fitnah diberbagai daerah terhadap keburukan-keburukan pemerintahan Utsman. Hal ini ia lakukan untuk meruntuhkan pemerintahan Utsman dan menghancurkan umat muslim. Namun, Utsman tidak diam saja. Beliau mengambil sikap tegas dalam menghadapi perkara tersebut. Diantaranya :
1.       Mengutus sejumlah sahabat untuk mengadakan pengecekan bersama para gubernur. Para sahabat kembali, mereka menyampaikan pujian-pujian kebaikan dan mendustakan isu dusta yang tersebar
2.       Mengumumkan ke seluruh wilayah pelosok Islam bahwa barang siapa yang mengeluhkan perlakuannya atau perlakuan gubernurnya hendaklah datang pada musim haji dan mengambil haknya dan bertemu beliau secara langsung
3.       Seluruh gubernur dipanggil pada musim haji dan diperiksa dihadapan seluruh umat muslim. Akan tetapi tidak ada seorangpun yang mengadu atau merasa didzalimi
4.       Para tokoh kenegaraan diajak bermusyawarah tentang keberadaan pengacau dan mereka mengusulkan agar menghadapinya dengan tegas dan mematahkan pergerakan mereka. Namun, beliau menolak karena khawatir akan menimpakan kezhaliman terhadap orang lain atau membuka fitnah
Ketika ada segerombolan orang yang berniat jahat untuk menggulingkan bahkan membunuh Utsman, beliau dan para sahabat sudah tahu akan kabar itu. Tetapi, dengan kesabaran beliau tidak membalas dengan hal keji, justru melakukan musyawarah dan berdakwah kepada mereka agar kembali ke jalan yang benar. Namun, secara diam-diam mereka licik dan berencana mengepung kota Madinah dan membunuh Utsman. Tak lama kemudian, benar, kala beliau sedang di rumah dalam keadaan berpuasa dan membaca Al-Quran dibunuh oleh mereka. Utsman meninggal dalam keadaan syahid, dan menjadi contoh tauladan bagi umat muslim dunia.
C.      REFLEKSI KEPEMIMPINAN UTSMAN DENGAN MASA KINI
Kisah sahabat Nabi, Utsman bin Affan bisa menjadi salah satu cermin kepemimpinan masa kini. Utsman yang dikenal sosok penyabar, dermawan, tegas, santun, bijaksana perlu diterapkan mengingat krisis kepemimpinan yang melanda negeri ini. Mengingat para pemimpin sekarang tak lagi memiliki sifat tersebut, justru hanya ingin memperoleh kekuasaan semata bukan untuk kemaslahatan umat manusia.
Kegigihan Utsman dalam menghadapi Yahudi, kelompok-kelompok Quraisy yang bersikukuh untuk menjatuhkan kepemimpinannya, justru ia tetap sabar dan mengambil sikap tegas dan bijaksana, sesuai dengan apa yang diteguhkan Rasulullah SAW. Beliau tetap tegar dan tidak membalas dendam, tetapi memperbaiki segala bentuk yang ada lewat musyawarah bersama. Berbeda dengan konteks saat ini, musyawarah dinilai kurang dan malah ingin saling menjatuhkan satu sama lain.

Read More