A. BIOGRAFI DAN KEPRIBADIAN UTSMAN BIN AFFAN
Utsman bin Affan, merupakan salah satu Khulafaur Rasyidin
(sahabat Nabi Muhammad SAW) yang lahir lima tahun setelah Rasulullah lahir,
tepatnya 574 M di Thaif. Beliau terlahir dari golongan bani Umayyah, yang
memiliki harta yang melimpah. Di balik kekayaannya, beliau dikenal pribadi yang
jujur, dermawan, tidak sombong dan sosok yang taat pada Allah SWT.
Utsman masuk Islam saat duduk bersama Abu Bakar. Dalam
majelis ini, Abu Bakar mempunyai kesempatan untuk berdakwah tentang Islam. Abu
Bakar kemudian mengajak temu dengan Rasulullah, dan menawarkan masuk Islam.
Dengan rendah hati tanpa paksaan, Ustman secara resmi masuk Islam.
Dzunnuurain dan Shahibul Hjiratain adalah dua gelar yang
disandangnya. Dzunnuurain, berarti orang yang memiliki dua cahaya. Ustman
sendiri sangat dekat dengan Rasulullah, maka dinikahkannya putri Rasulullah,
Ruqayyah kepada Ustman. Tak lama dari itu, istrinya meninggal. Beliau terus
murung, Rasulullah pun meminta Ummu Kultsum untuk dipinangnya.
Sedangkan shahibul hijratain, lebih dikenal pada perjalanan
hijrah sebanyak dua kali bersama Rasulullah, yakni Habbasyiah dan Madinah. Hal
ini dilakukan seiring dengan desakan tekanan umat Quraisy. Dalam peristiwa
Hudaibiyah, Ustman mendapat amanah untuk Abu Sofyan dan memintanya untuk
menjelaskan bahwa penduduk Madinah yang ke Mekkah hanya untuk beribadah di
sana, bukan untuk mencari perang.
Beliau menjadi sosok tauladan dalam membela Islam, lewat
kedermawanannya dengan membantu orang-orang dikala susah atau sedang berjihad.
Kepribadian dermawan terbukti dengan pasukan muslim tengah berperang (perang
Tabuk) pada musim paceklik. Beliau bersegera untuk menyumbangkan sebagian
hartanya seperti kuda, unta, bahan makanan dan sejumlah uang. Adapun rinciannya
ada yang menyebutkan 900 ekor unta, 50 ekor kuda, dan 1000 dinar.
Utsman bin Affan juga pernah membeli sumur untuk dipergunakan
bagi kaum muslimin senilai 20000 dirham dari tangan Yahudi. Kala itu, ketika
hari mendekati siang, Ustman beserta dengan kafilah telah datang dari Syam
menuju Madinah dengan membawa gandum, minyak dan kismis diangkut dengan 1000
ekor unta untuk dibagikan kepada umat muslim, khususnya fakir dan miskin hanya
karena Allah SWT.
Sungguh luar biasa nilai-nilai daripada kedermawanan Utsman
bin Affan. Beliau menganggap bahwa harta bukanlah segala-galanya, semuanya
milik Allah, harta hanya titipan, manusia hanya bisa memanfaatkan hartanya
untuk kebaikan umat muslim. Harta tidak akan berharga jika tidak diinfakkan
dalam kebaikan juga untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
B.
KEPEMIMPINAN UTSMAN BIN AFFAN
Pasca meninggalnya Umar bin Khattab, Utsman terpilih sebagai
khalifah selanjutnya melalui musyawarah bersama dalam usianya 70 tahun, menjadi
khalifah ketiga sekaligus tertua. Masa kepemimpinan Utsman, bisa dipandang
meraih kesuksesan besar, seperti halnya dengan khalifah-khalifah sebelumnya
atau sesudahnya. Mulai dari membuat mushaf, perluasan wilayah, kebijakan
penanganan fitnah yang melanda negeri itu, mengembangkan pertanian, membuat
tempat khusus pengadilan, mereshuffle gubernur-gubernur menjadi lebih layak dan
mumpuni.
Kala terjadi perbedaan cara baca Al-Quran umat muslim, Utsman
bersama sahabat segera membuat mushaf bersama Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Az
Zubair, Sa’id bin Al Ash juga para
huffazh (penghapal Al-Quran). Hal ini dilakukan mengingat adanya perselisihan
dalam membaca Al-Quran dan dikhawatirkan akan memecah umat Islam, juga adalah
kitab Allah.
Masa pemerintahan Utsman juga melakukan perluasan wilayah ke Afrika
Utara dan Asia Barat, bahkan Pulau Ciprus. Tentara Islam pun mampu meraih
kesuksesan melawan tentara Romawi. Beberapa daerah yang ditaklukan seperti :
Armenia, Khurasan, Ciprus, Tharabulus, Tunisia. Dengan di bawah Panglima
Muawiyah bin Abu Sufyan berhasil melebarkan sayapnya dan ini juga sebagai
realisasi kabar Rasulullah sebelumnya.
Bisa dibilang masa pemerintahan Utsman adalah masa yang penuh
dengan keharmonisan. Bentuknya seperti melimpahnya harta benda, keberhasilan
perang, bebas merdeka, tidak ada pungli maupun aturan yang mengekang, tetapi di
sisi lain ada pihak-pihak yang tidak menyukai Utsman atas keberhasilannya, dan
melakukan kedustaan dan fitnah. Salah satunya tokoh Yahudi, Ibnu Sauda Abdullah
bin Saba’ melancarkan aksi fitnah diberbagai daerah terhadap
keburukan-keburukan pemerintahan Utsman. Hal ini ia lakukan untuk meruntuhkan
pemerintahan Utsman dan menghancurkan umat muslim. Namun, Utsman tidak diam
saja. Beliau mengambil sikap tegas dalam menghadapi perkara tersebut.
Diantaranya :
1.
Mengutus sejumlah sahabat untuk mengadakan
pengecekan bersama para gubernur. Para sahabat kembali, mereka menyampaikan
pujian-pujian kebaikan dan mendustakan isu dusta yang tersebar
2.
Mengumumkan ke seluruh wilayah pelosok Islam
bahwa barang siapa yang mengeluhkan perlakuannya atau perlakuan gubernurnya
hendaklah datang pada musim haji dan mengambil haknya dan bertemu beliau secara
langsung
3.
Seluruh gubernur dipanggil pada musim haji dan
diperiksa dihadapan seluruh umat muslim. Akan tetapi tidak ada seorangpun yang
mengadu atau merasa didzalimi
4.
Para tokoh kenegaraan diajak bermusyawarah
tentang keberadaan pengacau dan mereka mengusulkan agar menghadapinya dengan
tegas dan mematahkan pergerakan mereka. Namun, beliau menolak karena khawatir
akan menimpakan kezhaliman terhadap orang lain atau membuka fitnah
Ketika ada segerombolan orang yang berniat jahat untuk
menggulingkan bahkan membunuh Utsman, beliau dan para sahabat sudah tahu akan
kabar itu. Tetapi, dengan kesabaran beliau tidak membalas dengan hal keji,
justru melakukan musyawarah dan berdakwah kepada mereka agar kembali ke jalan yang
benar. Namun, secara diam-diam mereka licik dan berencana mengepung kota
Madinah dan membunuh Utsman. Tak lama kemudian, benar, kala beliau sedang di
rumah dalam keadaan berpuasa dan membaca Al-Quran dibunuh oleh mereka. Utsman
meninggal dalam keadaan syahid, dan menjadi contoh tauladan bagi umat muslim
dunia.
C.
REFLEKSI KEPEMIMPINAN UTSMAN DENGAN
MASA KINI
Kisah sahabat Nabi, Utsman bin Affan bisa menjadi salah satu
cermin kepemimpinan masa kini. Utsman yang dikenal sosok penyabar, dermawan,
tegas, santun, bijaksana perlu diterapkan mengingat krisis kepemimpinan yang
melanda negeri ini. Mengingat para pemimpin sekarang tak lagi memiliki sifat
tersebut, justru hanya ingin memperoleh kekuasaan semata bukan untuk
kemaslahatan umat manusia.
Kegigihan Utsman dalam menghadapi Yahudi, kelompok-kelompok
Quraisy yang bersikukuh untuk menjatuhkan kepemimpinannya, justru ia tetap
sabar dan mengambil sikap tegas dan bijaksana, sesuai dengan apa yang
diteguhkan Rasulullah SAW. Beliau tetap tegar dan tidak membalas dendam, tetapi
memperbaiki segala bentuk yang ada lewat musyawarah bersama. Berbeda dengan
konteks saat ini, musyawarah dinilai kurang dan malah ingin saling menjatuhkan
satu sama lain.