Sumber gambar:http://alatcetakrengginang.com/
Berbicara tentang kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM)
memang tidak ada habisnya, kecuali jika pemerintah membatalkan untuk menaikkan
harga BBM. Menjelang kenaikan BBM pada tanggal 1 April mendatang, demonstrasi
dari kalangan mahasiswa, dosen, buruh hingga pejabat daerah pun semakin
berkecamuk mendekati hari H penetapan harga. Mereka tetap menuntut agar
pemerintah membatalkan kebijakan itu karena dinilai akan menambah kesengsaraan
rakyat. Tak tanggung-tanggung, massa aksi mulai memperbanyak jumlah massanya, membentuk
sebuah kelompok satu walaupun dalam latar belakang yang berbeda-beda tetapi
memiliki satu tujuan, yakni menolak kenaikan BBM ini. Apalagi hanya beberapa
hari lagi menjelang kenaikan, mulai ada spanduk-spanduk mengajak masyarakat
untuk menentang kenaikan BBM itu, seperti yang terlihat di seputaran Tuju Jogja
maupun di pertigaan Kusumanegara (bisa anda cek di situ).
Menurut pemerintah, kenaikan ini dinilai pantas
karena harga minyak dunia mencapai $100/barel. Sebelumnya harga minyak telah
mencuat hingga $120/barel. Alasan inilah yang menjadi tolak ukur pemerintah untuk
menaikkan. Alasan lain, pemerintah menilai bila tak dilakukan kenaikan ini akan
membebani Anggaran Perencanaan Belanja Negara (APBN). Padahal, subsidi BBM dari
tahun ke tahun mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni berkisar 3%(
sumber dari artikel yang saya baca oleh Dewi Ayani, Angg Komisi 7 DPR RI). Saya
berfikir, apakah “hanya” dengan alasan itu saja, pemerintah berfikir pendek tak
mau mencari solusi yang lain kiranya tak membebani rakyat. Beginikah pemerintah
yang kita idam-idamkan, dielu-elulan, kita pilih secara demokratis ternyata tak
mampu mengatasi masalah ini. Apakah mereka sudah lupa dengan janji-janji manis
yang telah diucapkan sewaktu sebelum menjadi pejabat pemerintah atau
sesudahnya?Lantas, patutkah kita masih percaya dengan pemerintah yang sudah
kacau selama ini masih tetap dipertahankan.
Saat ini, pemerintah masih alot untuk memutuskan
tindak lanjut masalah kenaikan BBM. Menurut sumber berita di media massa, anda bisa
baca di koran Tribun kalau tidak salah hari Senin kemarin (26 Maret 2012) ada
dua opsi pilihan, yakni pilihan pertama harga BBM tidak naik, tetapi ekonomi
negara akan mengalami defisit sebesar 3,… sekian %. Opsi kedua, BBM naik,
tetapi ekonomi akan tetap berjalan dengan semestinya dan anggaran lainnya bisa
dipakai untuk lainnya. Selain itu, rakyat akan dibebani oleh kenaikan ini.
Seolah-olah pemerintah hanya mementingkan pribadi negara sendiri, bukan
rakyatnya. Toh, rakyat juga bagian dari negara, coba kalau negara tak ada
rakyatnya, negara tidak akan terbentuk hingga seperti ini. Apalagi negara kita
adalah negara yang demokratis, rakyat berhak memberikan aspirasi dan
tuntutannya bila merasa dirugikan oleh kebijakan pemerintah. Bisa saja, ekonomi
ditutup dengan solusi-solusi lain yang bijaksana tanpa merugikan siapa pun.
Seperti pengolahan minyak bumi, Indonesia masih saja meminta bantuan negara
lain untuk membantu mengolahnya hingga menjadi BBM ini. Akibatnya akan terjadi
praktek KKN oleh negara pengolah tersebut. Kita jual ke negara pengolah dengan
harga murah, tetapi kita beli kembali dengan harga yang mahal. Bila saja,
Indonesia mampu mengolahnya secara baik, maka kebijakan ini bisa saja menjadi
pertimbangan yang serius buat pemerintah. Itu adalah salah satu solusinya,
masih banyak solusi-solusi lain yang bisa diambil. Hanya saja, pemerintah
enggan dan tak mau berusaha mengatasi masalah ini, yang penting dapat
keuntungan, biarlah rakyat yang menjadi korbannya.
Yang diuntungkan di sini menurut sepengetahuan saya
adalah perusahaan-perusahaan elit, besar, raksasa memanfaatkan momen ini untuk
menaikkan harga produk mereka. Tanpa ada kontrol harga oleh pemerintah, bisa
saja perusahaan tertentu dengan seenaknya menaikkan harga. Pasalnya, dengan
alasan kenaikan BBM yang berdampak secara kompleks apalagi untuk masalah
distribusi membutuhkan BBM juga, mengharuskan perusahaan untuk menaikkan harga.
Sedangkan perusahaan-perusahaan kecil tidak akan bertahan lama karena produk
mereka tak mampu bersaing dengan produk perusahaan raksasa karena dinilai bahan
baku semakin mahal, distribusi juga menjadi mahal. Daya beli masyarakat juga
akan menurun karena bahan-bahan pokok naik, mau tak mau masyarakat harus
pintar-pintar memberikan prioritas barang yang diperlukan saja.
Padahal, bisa kita lihat dalam UU APBN No 22 Tahun
2011 tentang APBN 2012 pasal 7 ayat 6 berbunyi bahwa harga jual eceran BBM
bersubsidi tidak mengalami kenaikan. Banyak kita dengar sorakan maupun
kejelasan tuntutan tentang pasal ini sewaktu melihat di demonstrasi-demonstrasi
yang hadir di tengah-tengah lingkungan kita. Namun, apa kenyataannya?
Pemerintah telah membohongi rakyatnya sendiri, seakan-akan hanya memberikan
kesan lega untuk masyarakatnya. Tetapi, realitanya berkebalikan dengan
lidah-lidah yang diungkapkan pemerintah selama ini. Ibarat berani berkata,
tetapi untuk melakukannya tak bisa. Sama juga bohong. Rakyat butuh bukti
kalian, bukan janji kosong saja. Sebaiknya ketika mau mengeluarkan kebijakan
berfikir dulu, jangan waton ngomong, tapi
ora dilakoni.
Dampak
BBM kompleks
Mengingat BBM tidak lagi menjadi kebutuhan sekunder,
kini bisa dibilang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Ketika terjadi
kegoncangan dalam BBM ini, maka kebutuhan lainnya akan mengalami tergoncang
juga. Seperti missal, harga BBM naik, maka harga kebutuhan pokok yakni beras,
sayuran, transportasi, makanan, minuman, rumah, pakaian, de el el juga ikut
naik. Pasalnya, rata-rata dalam kebutuhan, perusahaan biasanya menggunakan
transportasi maupun bahan baku dalam pendistribusiannya. Secara otomatis,
kebutuhan hidup akan naik pula. Tetapi, apakah kebutuhan hidup naik juga
diimbangi dengan kenaikan gaji. Menurut saya tidak. Bisa saja, tetapi sulit
untuk dilakukan apalagi buruh. Mungkin pegawai-pegawai atau pejabat negara gaji
akan naik. Terlebih adanya rencana kenaikan anggaran belanja untuk pegawai
hamper mencapai 3% pada tahun ini. Bagaimana dengan nasib non pegawai seperti
buruh, petani, pedagang kecil, apakah mendapatkan hal yang serupa?
Belum juga BBM naik, baru isu-isunya mulai dan gencar
diperbincangkan harga kebutuhan hidup sudah merangkak naik, lantas bagaimana
kalau benar-benar sudah naik. Tentunya hal ini akan berdampak oleh perekonomian
masyarakat, bila terjadi lonjakan harga bahan pokok, tingkat kemiskinan akan
mulai meningkat kembali. Terlebih dalam bidang politik, kenaikan BBM ini akan
menjadi bual-bualan partai politik untuk meningkatkan pencitraan. Pertama,
partai politik yang menolak kenaikan BBM akan mendapatkan citra positif dan
dipandang masyarakat bahwa parpol itu mendukung rakyat sedangkan yang melakukan
kebijakan itu akan memperburuk citra parpol. Kedua, parpol yang mengeluarkan
kebijakan ini, mau tak mau mencari solusi agar pandangan masyarakat terhadap
parpol itu tidak berfikir buruk dengan melakukan seperti pengalihan isu atau
mengeluarkan kebijakan BLT, BLSM ataupun sejenisnya. Dengan dalih alihan dana
subsidi untuk rakyat miskin masyarakat akan berfikir bahwa pemerintah yang
digawangi salah satu parpol ini peduli terhadap nasib rakyatnya. Kebijakan ini
saya rasa tidak bijaksana, malah akan menambah beban masyarakat saja seperti
ketergantungan rakyat terhadap bantuan tunai sehingga rakyat tidak mau berusaha
dan menggantungkan uang ini untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan uang yang
diberikan pun juga masih belum mampu mencukupi penderitaan rakyat selama ini.
Tetapi malah memberikan beban lagi kepada rakyat.
Tentang
Demonstrasi Masa Kini
Mendengar pernyataan beberapa saudara dan teman saya
sekaligus melihat tulisan update-update status atau komentar di situs jejaring
sosial menilai bahwa demonstrasi-demonstrasi saat ini dinilai anarkis dan
merugikan rakyat. Bahkan mereka mengecam perilaku mahasiswa, ada yang berkata
tidak punya sopan santun atau semacamnya. Malahan, ada yang menyangkal harga
rokok, harga chivas naik saja nggak demo,
tetapi BBM naik kok demo. Saya tak
sepakat dengan pernyataan teman, saudara, orang-orang yang nggak jelas di
jejaring sosial itu. Mungkin mereka hanya menilai dari segi keegoisan diri
semata karena mereka toh menggunakan itu juga. Coba kita tengok latar belakang
maupun dampak kenaikan antara BBM dengan lainnya. Kenaikan BBM sangat vital
karena mempengaruhi harga kebutuhan lainnya sedangkan kebutuhan rokok dan
semacamnya apa mempengaruhi harga lainnya. Saya rasa tidak terlalu cukup
berpengaruh, karena BBM ini kan yang mengendalikan pemerintah, apalagi
pertamina perusahaan milik pemerintah, sedangkan kayak rokok de el el itu kan
milik swasta. Terlebih BBM menjamah hamper seluruh elemen masyarakat, baik kaya
maupun miskin, laki-laki maupun perempuan, pejabat atau rakyat. Bagaimana
dengan kebutuhan rokok?Lah, wong rokok saja hanya orang-orang tertentu saja
yang memakainya, apalagi mahasiswa di sini kan mereka membela rakyat bukan
membela keegoisan diri seperti mereka yang hanya berkicau ria di situs internet
tanpa tahu kejelasan dampak yang ditimbulkan oleh masalah ini. Mahasiswa mungkin diantara para
demonstran banyak yang memakai rokok, tetapi yang lebih mendesak lagi kan BBM
menyangkut seluruh lapisan masyarakat bukan untuk dirinya sendiri. Ini untuk
rakyat, untuk kebaikan kita semua, untuk negara juga. Saya mau tanya kepada
mereka, sebenarnya kalian ini bagian dari rakyat Indonesia atau bukan? Ketika
pemerintah mengeluarkan kebijakan seperti itu apakah manut-manut saja begitu
seperti masyarakat yang apatis. Yang penting kebutuhan diri sendiri cukup,
membuarkan rakyat di bawah sana sengsara begitu?
Mahasiswa di sini mungkin tidak mau melakukan
tindakan anarkis seperti ini apabila pemerintah tak memulainya. Apabila tak ada
kebijakan ini, mungkin kejadian ini tidak akan terjadi. Lagi pula, bila berdemo
biasa-biasa saja, media mungkin hanya menanggapinya biasa saja. Ah, cuma demo
begitu saja tak ada yang menarik. Tetapi, jika kita lihat di sisi lain, akan
memunculkan opini-opini public bahwa memang masyarakat sudah capek dengan
tingkah laku pemerintah yang tak kunjung berpihak kepada rakyatnya sendiri.
Saya tidak menilai salah apa yang mereka utarakan
itu, tetapi hanya saja saya kurang sepakat dengan apa yang mereka sampaikan.
Bahkan, saya sampai muak dengan perkataan-perkataan mereka yang terus menerus
diulang-ulang dan menyalahkan mahasiswa sebagai motor dibalik demonstrasi ini.
Ada kejadian unik ketika saya mengamati pergerakan demonstrasi kali ini,
terutama ketika terjun langsung di lokasi demonstrasi seperti di pertigaan
revolusi UIN Sunan Kalijaga beberapa waktu lalu. Polisi malah mengeluh mengapa
yang demo hanya sedikit saja, harusnya lebih banyak lagi. Sebuah indikasi bahwa
ternyata polisi pun secara diam-diam menolak kenaikan BBM ini. Hanya saja terbelenggu
oleh latar belakangnya sebagai polisi. Mau tak mau mereka tetap dalam satu
komando pusat mengamankan demonstrasi. Coba saja bila angkatan maupun
kepolisian terjadi dualisme terhadap pemerintah, sangat mungkin pemerintahan
rezim SBY ini akan jatuh. Apalagi bila semua rakyat bergerak bersama
melayangkan penolakan kenaikan BBM, bisa saja sejarah 1998 akan terulang
kembali.
Pernyataan
Anas tentang Tomcat dan demonstran terhadap kenaikan BBM
Sungguh pernyataan yang tak pantas dan sangat pekik
oleh Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum saat melakukan diskusi
tentang penanggulangan wabah tomcat di Indonesia. Dengan nada bercanda ia
berkata,”Biarlah tomcat-tomcat itu menggrayangi para demonstran yang menolak
kenaikan BBM.” Pernyataan yang singkat tetapi sangat pedas. Di tengah hiruk
pikuk penderitaan rakyat, masih saja mengalihkan isu dengan mengadakan kegiatan
semacam itu. Jelas-jelas partai demokrat yang menguasai medan pemerintahan
malah memberikan perumpamaan yang tidak bijak ini. Para demonstran berusaha
untuk membantu rakyatnya dari keterpurukan, malah kader-kader asik-asikan
melakukan diskusi itu. Boleh saja melakukan diskusi seperti itu, tetapi ada
batasannya, tidak mengejek dengan memberikan pernyataan seperti itu. Memang
bila dia sedang dilanda kegelisahan, dilanda kegalauan yang amat berat karena
adanya demonstran yang menolak BBM, apakah suatu langkah yang bijaksana yang
dilakukan oleh seorang ketua umum partai elit.
Akhir kata, saya hanya ingin mengungkapkan apa yang
ingin saya keluarkan. Tulisan singkat ini merupakan keluh kesah dari diri saya.
Saya hanya bisa memberikan beberapa untaian kata saja, tidak lebih. Semoga saja
apa yang ditulis ini bisa memberikan inspirasi ataupun masukan kepada
pemerintah saat ini.
Sekian.
Yogyakarta, 29 Maret 2012 19.22 WIB
0 Comments:
Posting Komentar