Menyampaikan kebenaran bukanlah
persoalan tugas da’i atau kyai. Tetapi, sudah menjadi kewajiban mutlak bagi
setiap muslim untuk menyampaikannya. Berkata benar bukan berarti membenarkan
tanpa ada landasan yang konkret, tetapi harus memiliki dasar yang kuat sesuai
dengan tuntutan yang diajarakan oleh Islam. Rasulullah SAW pun pernah
menyampaikan kepada sahabatnya Abu Dzarr bahwa sampaikanlah kebenaran sekalipun
itu menyakitkan. Rasulullah SAW bersabda:
Katakanlah kebenaran
walau itu pahit.(HR. Baihaqi dan Ibn Hibban)
Seperti halnya Islam sebagai agama
yang benar dan satu-satunya agama yang diakui Allah SWT. Islam telah
mengajarkan kepada umatnya untuk berkata benar. Tidak bisa dipungkiri bahwa
dalam menyampaikan kebenaran tidak luput akan hinaan dan celaan. Justru, itulah
yang akan memperkuat kualitas iman demi mempertahankan kebenaran panji-panji
Islam. Lantas, tidak ada alasan untuk takut berkata benar, melainkan hanya
takutlah kepada Allah. Kebenaran tetap yang mutlak hanya milik-Nya, manusia
tidak patut untuk meragukan-Nya. Sebaliknya, menyembunyikan kebenaran untuk
kepentingan pribadi atau kelompok duniawi merupakan tindakan tercela yang tidak
disukai Allah SWT. Merekalah yang akan mendapatkan azab yang pedih pada hari
kiamat nanti dan termasuk orang-orang yang merugi.
Berkaca pada fenomena dinamika
masyarakat saat ini, jauh diambang nilai kebenaran. Kebenaran justru dapat
dimanipulasi oleh kepentingan kelompok tertentu untuk meraih keuntungan sebagai
alat pembenaran. Informasi telah tersebar secara luas, tetapi belum tentu hal
itu benar. Hal ini bertolak belakang dengan prinsip ajaran Islam, untuk Itulah
islam mengajarkan kepada umatnya untuk bertabayyun atau mengklarifikasi tanpa
harus menerimanya begitu saja, apalagi datangnya dari orang fasik. Allah SWT
berfirman dalam QS. Al-Hujarat ayat 6:
“Hai orang-orang yang
beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaanya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu.”
Perlunya sikap tabayyun
Informasi yang didapatkan belum tentu
menuai kebenaran, tetapi bukan bermaksud mencurigai. Meneliti kebenaran dari
sumber informasi adalah bentuk sikap kehati-hatian, karena jika menyebar akan
berakibat pada kesalahpahaman dan dapat memicu perselisihan. Seperti zaman
Rasulullah SAW ketika itu mengutus Al Walid untuk mengumpulkan zakat dari Bani
Musthaliq. Kemudian Al Walid menyampaikan kepada Rasulullah bahwa mereka tidak
mau membayar zakat bahkan mau membunuhnya. Kebenarannya justru Al Walid belum
sama sekali ke daerah Bani Musthaliq. Rasulullah SAW tidak langsung mengambil
tindakan buruk, tetapi melakukan klarifikasi dengan mengutus Khalid untuk
mencari kebenarannya.
Dalam era ini, informasi merupakan
pilar pembangunan bangsa. Semestinya informasi bisa menjadi jalan tengah untuk
membangun peradaban umat demi kemaslahatan bersama. Salah satunya dengan
memanfaatkan media sebagai sarana untuk menyampaikan kebenaran. Nilai kejujuran
dan kepentingan umat adalah hal yang harus dipenuhi dengan mengesampingkan etos
pribadi. Meminjam istilah Sembilan elemen jurnalistik, jurnalisme dituntut
untuk mencari kebenaran. Sebuah berita harus dibuat berdasarkan fakta atau
realitas, tetapi tidak sedikit dari mereka yang menuliskan berdasarkan pada
fiktif atau keinginan. Pemberitaan media saat ini telah jauh pada tataran
aturan yang dikehendaki. Informasi cenderung mengadu domba dan merugikan pihak
tertentu. Bagi media hal ini sangat menguntungkan karena mampu menggiring opini
sesuai dengan kehendak, tetapi dampaknya masyarakat menjadi korbannya.
Perbedaan pendapat adalah hal wajar, tetapi jika sumber berita telah
menyudutkan salah satu pihak belum tentu kebenaran itu muncul dan bisa
berakibat fitnah.
Sebagai umat Islam harus bisa
berpikir cerdas dalam menanggapi persoalan informasi. Harus memperhatikan
aspek-aspek mulai dari melihat sumber informasi, bahasa, kata-kata serta arah
tujuan dari tulisan tersebut sehingga tidak mudah terprovokasi apalagi merespon
atau mengambil tindakan buruk. Kita harus tahu membedakan mana yang haq dan
bathil, mana yang layak untuk diambil dan dihindari sehingga bisa menjadi
sinyal menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.[]