Selasa, 24 Juli 2012

Antara Bulan Ramadhan dan Petasan

Salam Ramadhan!!
Di waktu yang singkat ini saya ingin berbagi pengalaman yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal saya atau mungkin tak hanya di tempat saya saja, tetapi di lingkungan tertentu juga.
Kali ini, diri saya terusik dengan judul di atas, "Antara bulan Ramadhan dan Petasan." Sempat belakangan ini termasuk hari ini saya memposting pun masih menjadi pertanyaan bagi sejumlah orang, khususnya di masjid yang saya tempati. Sekitar dua tiga hari ini saya dikagetkan dengan pembicaraan bahwa di mana ada bulan ramadhan di situlah ada petasan atau kalau bahasa jawanya disebut sebagai mercon. Bahkan anak-anak kecil di kampung saya pun ketika ditanya apa itu bulan Ramadhan mereka menjawab,"nyumet mercon mas."
Haha...batin saya benar juga ya ketika bulan Ramadhan tiba, tak seperti biasa anak-anak bermain mercon terlebih menjamurnya tempat-tempat penjualan mercon. Pasalnya, "hanya" saat bulan inilah kegiatan mercon menjadi sangat populer dibanding dengan permainan lainnya. Tak mengenal waktu, malam hingga pagi subuh pun    mercon masih saja dimainkan oleh mereka. Entah di sawah, jalan-jalan perkampungan hingga jalan besar pun tak luput dari lemparan mercon.
Tak pandang bulu, remaja-remaja pun tak mau kalah bermain petasan. Entah tak mau ketinggalan atau gengsi, pagi-pagi yang seharusnya digunakan untuk ibadah subuh malah bermain mercon di jalanan,  berkeliling dengan membawa mercon dan seenaknya saja melemparkan mercon di jalan raya.
Selama dua hari ini, teman saya sempat menyita beberapa mercon milik anak-anak karena mengganggu aktivitas ibadah. Terlebih dampak daripada mercon bila mengenainya tentunya menjadi persoalan penting juga yang harus diperhatikan. Sangat aneh jika mercon identik dengan bulan Ramadhan, padahal bulan Ramadhan bukanlah sesungguhnya seperti itu. Bulan Ramadhan ialah bulan yang penuh rahmat, berkah, di mana orang-orang saling berlomba dalam mencari pahala. Tetapi harus tercoreng oleh mercon-mercon yang tak ada manfaatnya seperti itu. Ustad-ustad penceramah pun tak luput menanggapi serius masalah mercon ini yang sangat meresahkan masyarakat, terlebih jika memainkannya di dekat lokasi ibadah, masjid atau mushola. Tentunya ini sangat menganggu dalam kekusyukan jamaah.
Hehe lucu juga ya saya tak habis pikir kenapa bulan ramadhan dijadikan sebagai waktu untuk bermain mercon. Apakah hanya untuk mengisi waktu atau mengikuti kesenangan sendiri. Mudah-mudahan saja tidak terjadi di tempat-tempat lain. Lebih baik uang yang dibelikan untuk mercon untuk shodakoh daripada harus membakar uang lewat mercon.
Salam...

Read More

Selasa, 17 Juli 2012

Museum Basis Pendidikan dan Pariwisata

Istilah museum sering kita dengar dan jumpai dalam kehidupan kita. Dalam benak kita, museum merupakan tempat yang bersejarah, penuh benda-benda berharga yang bernilai sejarah. Berbagai benda pusaka, peninggalan masa lampau, sampai benda-benda hasil karya seniman maupun industri penerbangan pun, semuanya ada di museum. Hanya saja, setiap museum dibedakan menurut jenis peninggalan dengan tujuan agar lebih mudah dalam pengelompokan benda bersejarah.
Tak terkecuali di Kota Yogyakarta. Di kota ini tersimpan 18 museum dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Seperti museum Benteng Vredeburg yang menyimpan berbagai yang menggambarkan betapa keraslah perjuangan Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan. Ada juga museum yang memamerkan hasil karya seniman seperti museum Affandi yang menyimpan sejuta keunikan baik panorama lukisan, keunikan bangunan museum hingga koleksi mobil miliknya dulu turut dipamerkan di museum ini. Mahakarya Indonesia khususnya perlu kita jaga dan pelihara melalui media yakni museum.
Jika dikaitkan dengan Kota Yogyakarta menyandang 4 predikat, sebagai kota pelajar, budaya, pariwisata maupun perjuangan . Perjuangan dalam memperoleh predikat ini bukanlah mudah. Apalagi untuk mempertahankannya, butuh perjuangan yang lebih keras. Berbagai cara bisa kita lakukan bersama guna mencapai bagaimana mengintegrasikan peranan museum terhadap predikat Kota Yogyakarta. Dengan memanfaatkan museum sebagai tempat edukatif, memiliki nilai budaya yang tinggi, menjual ke pasar domestik bahkan internasional maupun nilai sejarah yang didapat dan dipelajari dari hasil karya maupun ornamen yang semuanya ada di museum.
Penanaman pendidikan lewat media museum
Seperti yang kita ketahui, salah satu predikat Kota Yogyakarta adalah kota pelajar. Di mana kota ini banyak didatangi oleh para pendatang dari dalam maupun luar Kota Yogyakarta yang ingin melanjutkan studinya. Kualitas pendidikan kota ini pun tak diragukan lagi. Serta biaya hidup yang rendah, turut menjadi dukungan pula dalam pengambilan keputusan ketika akan meneruskan studinya.
Di sisi lain, jogja juga memiliki museum yang kaya akan nilai edukasinya, baik itu dari nilai sejarahnya, seni, budaya, maupun tenologi sains. Karya-karya tersebut bisa menjadi referensi atau bahan pustaka untuk pembelajaran di sekolah dan universitas. Cara ini cukup menunjang dalam membantu kegiatan belajar mengajar khususnya untuk pelajaran yang ada di sekolah, misalkan sejarah, geografi, bahasa jawa, kesenian, maupun sains. Sedangkan untuk para mahasiswa bisa menggunakannya sebagai bahan referensi untuk penelitian dalam menunjang mata kuliah maupun penyelesaian tugas akhir.
Hal ini sangat disayangkan apabila museum hanya dijadikan sebagai tempat menyimpan benda berharga saja. Akan tetapi bisa lebih dari itu, museum juga bisa menjadi sumber edukasi bagi masyarakat. Dengan biaya yang sangat murah, bahkan tanpa biaya pun kita bisa mendapatkan wawasan ilmu di museum ini. Tak hanya itu, kita bisa secara langsung belajar untuk berproses dalam mengolah ilmu yang kita peroleh dari museum kemudian kita kembangkan menjadi sebuah pembelajaran kita sewaktu di sekolah maupun perkuliahan.
Arus pelajar dan mahasiswa yang semakin deras dengan didukung pendidikan yang berkualitas sangat menguntungkan bagi dunia museum. Keunikan dan daya tarik seperti ruang yang representatif dan mendukung, bisa dijadikan sebagai tempat untuk belajar bersama atau kelompok. Atau hanya sekedar berdiskusi kecil-kecilan mengenai sejarah di lingkungan museum sangat tepat untuk dilakukan. Hal ini sangat mendukung karena referensi yang kita caru sudah ada di sekitar kita.
Museum penggairah pariwisata Kota Yogyakarta
                    Kota Yogyakarta terkenal dengan pariwisatanya. Tidak hanya terdengar di domestik saja, tetapi juga mancanegara. Ini terbukti dengan jumlah wisatawan yang semakin meningkat. Bahkan, tak banyak di antara dari mereka penasaran dengan tempat-tempat wisata di kota ini, mengapa kota ini menjadi salah satu tempat wisata Indonesia yang paling diminati oleh wisatawan selain Bali. Ini adalah suatu apresiasi yang sangat baik dan menguntungkan untuk pariwisata Yogyakarta.
                    Dari berbagai wisata yang ada di Kota Yogyakarta, museum turut “memeriahkannya”, dalam arti turut hadir dalam salah satu tujuan wisata. Salah satunya museum benteng Vredeburg yang tak asing lagi bagi kita. Bisa dilihat dalam statistik kunjungan, pengunjung museum semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Ini menunjukkan masyarakat masih peduli terhadap museum, juga mengapresiasi bahwa museum layak menjadi salah satu wisata Kota Yogyakarta, hal semacam ini patut kita banggakan dan pertahankan serta terus mendorong meningkatkan pengunjung atau wisatawan untuk datang ke museum.
                    Berbagai siasat pun dilakukan untuk meningkatkan pengunjung untuk membuktikan bahwa museum layak sebagai tempat wisata yang cukup menjanjikan, melaui peningkatan pelayanan museum seperti pengadaan hot spot area, sosialisasi museum, juga karnaval museum yang selalu dilakukan oleh pihak museum. Hal ini harus kita respon positif, turut membantu dan berperan dengan cara mengunjungi museum. Dengan kita mengunjungi museum, akan menumbuhkan kecintaan kita terhadap museum dan menghargai sejarah maupun hasil budaya bangsa kita.
                    Akan lebih baik, tidak hanya satu museum saja, tetapi juga seluruh museum yang ada di Kota Yogyakarta. Sehingga museum tidak hanya berkembang pada satu museum saja, tetapi mencakup seluruh museum yang ada. Apabila seluruh museum yang ada bekerja sama dalam membangun kepariwisataan Kota Yogyakarta, para wisatawan akan melirik museum sebagai salah satu daftar wajib kunjungan wisata mereka.
                    Kita lihat dan cermati, sebagian museum selain benteng Vredeburg cukup mendapat perhatian dari wisatawan. Ini berkat sosialisasi dan dukungan dari berbagai pihak untuk menjadikan museum sebagai tempat wisata yang murah, bernilai sejarah, dan mendidik masyarakat. Jarang sekali wisata yang memiliki nilai sejarah maupun pendidikan. Sebagian besar tempat wiasat hanya dilihat tampilannya saja, tanpa melihat nilai-nilai tadi. Inilah yang sesungguhnya jarang dimiliki oleh tempat wisata lain di Indonesia khususnya.
Pengabadian Perjuangan Lewat Museum
Teringat ketika para pahlawan berperang melawan penjajah. Ketika itu mereka berjuang penuh, rela mengorbankan harta dan jiwanya hanya untuk memperoleh kemerdekaan. Mereka ingin bebas dari penjajahan yang membuat rakyat menderita. Tak sedikit diantara mereka mengeluarkan materi maupun nyawa mereka hanya untuk kemerdekaan Indonesia. Hingga pada saat ini pula, 66 tahun Indonesia telah merdeka. Kemerdekaan itupun berkat para pahlawan kita. Bukan berarti setelah lamanya 66 tahun berlalu kita melupakan perjuangan begitu saja tanpa ada rasa menghargai dan menghormati jasa pahlawan yang telah tiada. Berbagai cara dilakukan untuk mengenang jasa pahlawan ini, salah satunya dengan mengunjungi museum.
Yah, sebagian besar museum didirikan sebagai penyimpanan barang-barang para pahlawan ketika berperang. Berbagai peralatan baik itu meriam, bambu runcing, pistol rampasan dari penjajah Belanda maupun Jepang semuanya ada di museum. Untuk menunjukkan bagaimana proses para pahlawan menggempur penjajah pun, museum telah dibuat semacam miniatur-miniatur perjuangan sebagai gambaran bagaimana pahlawan berperang hingga memplokamirkan kemerdekaan Republik Indonesia, khususnya di wilayah Kota Yogyakarta.
Museum Yang Berbudaya
Budaya adalah hal yang sakral. Kebiasaan yang selalu dilakukan secara terus menerus dan dilakukan dalam waktu yang lama akan menumbuhkan suatu budaya. Seperti yang terjadi di Kota Yogyakarta yang banyak menyimpan misteri budaya yang hingga saat ini masih menjadi ciri khas kota ini. Sehingga kota ini mendapat julukan kota budaya. Terkait dengan kebudayaan yang sangat kental sekali, melekat dalam kehidupan masyarakat tak bisa lepas dengan mudah begitu saja. Akan tetapi, dari budaya-budaya itu akan selalu dijaga dan dilestarikan karena merupakan warisan budaya leluhur yang harus kita pertahankan.
            Di samping itu, Kota Yogyakarta yang terkenal dengan keraton Ngayogyakartanya itu juga telah didirikan museum dalam Keraton Yogyakarta yang berjumlah 7 museum. Di dalamnya terdapat berbagai benda-benda pusaka seperti keris, tulisan-tulisan aksara jawa, kereta kuda keraton, maupun benda-benda pusaka yang dianggap sakral oleh para abdi dalem keraton. Selain itu, ada pula museum yang menghidangkan wayang-wayang yang unik seperti yang ada di museum Wayang Kakayon yang menympan berbagai wayang baik wayang kulit, wayang golek, wayang purwa, maupun jenis wayang lainnya. Dari wayang-wayang itulah munculah cerita-cerita seperti Mahabarata yang sangat terkenal hingga saat ini. Dari situlah, wayang mulai berkembang hingga mancanegara. Alangkah sayanagnya, apabila membiarkan budaya leluhur kita yang dibangun kita tinggalkan begitu saja. Akan tetapi, mari kita tunjukkan bahwa budaya yang kita miliki ini merupakan sebuah warisan untuk kita.
            Untuk itulah, mari kita kunjungi museum yang ada menjadi bukti kita bahwa kita masih mencintai dan menghargai warisan budaya Indonesia. Tidak akan sia-sia ketika kita mengunjungi museum karena kita akan mendapatkan kepuasan tersendiri, di mana bisa kita manfaatkan untuk bahan referensi untuk mengembangkan budaya yang ada.
            Dari keempat predikat yang dimiliki Kota Yogyakarta akan lebih bermakna dan tersalurkan melewati media museum, sebagai media yang mendukung dalam memajukan Kota Yogyakarta ini. Predikat ini akan sia-sia ketika hanya menjadi simbik saja, akan tetapi museum bisa mengubah semuanya menjadi realita. Kerjasama dari seluruh pihak lapisan masyarakat sangat diperlukan dalam terlaksananya museum sebagai basis dalam mencerdaskan kehidupan bangssa, menghargai kebudayaan bangsa, menjadi tujuan wisata dalam meningkatkan kepariwisataan, maupun meneruskan perjuangan bangsa yang telah diraih.
Read More

Mendidik Generasi Melalui Taman Bacaan Masyarakat



Pendidikan, kini menjadi momok penting dalam perhelatan dunia intelektual dan persaingan globalisasi yang telah menjamah negara kita. Kualitas, kuantitas, maupun realisasi lapangan sumber daya manusia merupakan bentuk tolak ukur sebuah keberhasilan pendidikan. Apabila masyarakat secara luas mendapatkan pendidikan secara penuh serta adanya tunjangan kurikulum yang baik, bisa memberikan kontribusi dalam meraih kesuksesan pendidikan.
Untuk memperoleh pendidikan, biasanya masyarakat belajar lewat sekolah, kampus, bimbingan belajar, maupun instansi sejenis. Akan tetapi tak semua masyarakat bisa memperoleh pendidikan secara merata dan layak, masih banyak diantara mereka yang belum mendapatkan hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Entah karena alasan ekonomi keluarga, internal sekolah atau psikis pribadi seseorang yang tak mau bersekolah dan belajar.
Tapi, seiring dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan terus berkembang, seperti adanya taman bacaan masyarakat sebagai situs alternatif dalam memperoleh ilmu pengetahuan serta media belajar masyarakat. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) bisa kita jumpai di berbagai wilayah termasuk di kota tempat saya tinggal, Kota Yogyakarta. Dalam kurun waktu 5 tahun ini misalnya, pertumbuhan jumlah TBM di kota Yogyakarta setiap tahunnya meningkat. Berikut perkembangan TBM Kota Yogyakarta:
Tahun 2007 : 110 tbm
Tahun 2008 : 130 tbm
Tahun 2009 : 146 tbm
Tahun 2010 : 172 tbm
Tahun 2011 : 185 tbm
(Sumber: LPJ Forum Taman Bacaan Masyarakat Kota Yogyakarta tahun 2011)
Namun, dibalik keberadaan TBM sebanyak itu, masyarakat masih belum memberikan respon positif dalam membangun bersama TBM adalah milik bersama, dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Terlebih dengan minat baca maupun belajar masyarakat yang rendah menjadi faktor mereka enggan untuk berpartisipasi.
Nilai guna TBM tidak sebatas penyedia layanan sirkulasi peminjaman buku saja, tetapi bisa lebih dari itu. TBM sedikit demi sedikit mulai mengepakkan sayapnya untuk menjadi pendidik bagi masyarakat, penyedia ruang belajar, mendidik lewat buku, diskusi, forum maupun pusat kegiatan belajar masyarakat dalam wilayah tertentu. Misalkan saja, seperti yang ada beberapa TBM sempat menjadi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang membantu masyarakat dalam memperoleh pendidikan secara gratis. Seperti yang saya utarakan sebelumnya, tidak semuanya masyarakat bisa menikmati pendidikan secara merata, khususnya mereka yang kesulitan dalam hal ekonomi, langkah ini bisa menjadi jalan alternatif untuk membuka peluang memperoleh gerbang ilmu pengetahuan. Tak hanya itu, bagi mereka yang memiliki pengetahuan yang luas bisa menjadi guru sekaligus mendampingi mereka ketika belajar.
Bagi mereka yang mungkin masih kurang puas dengan belajar di rumah saja atau malah memiliki ilmu lebih bisa berbagi ilmu bersama di TBM atau PKBM. Menjadi pendidik tidak hanya di lingkungan formal sekolah saja, tetapi bisa dikembangkan di luar itu. Pasalnya, ruang lingkup pendidikan sangatlah luas, di manapun kita bisa belajar dan mengembangkan diri, tergantung dari kemauan dan kesadaran diri saja. Dengan ikut serta dalam kegiatan ini, maka turut mebantu dalam memenuhi pendidikan masyarakat serta turut mencerdaskan kehidupan bangsa lewat kegiatan kecil, tetapi bisa memberikan kontribusi yang cukup besar.
Keunggulan tbm dalam mendidik masyarakat ialah dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat karena merupakan milik masyarakat, sehingga tanpa perlu mengeluarkan biaya. Selain itu, dekat dengan lingkungan masyarakat sekitar sehingga lebih mudah berinteraksi satu sama lain. Pasalnya, bila lebih mengenal lingkungannya sendiri, maka untuk melaakukan proses pembelajaran juga akan mudah. Masyarakat belajar sekaligus menjadi pendidik di lingkungannya sendiri.




Read More