Rabu, 12 November 2014

Catatan Terlupa


Entah harus kumulai darimana tulisan ini. Terlalu naif rasanya untuk diungkapkan. Sebaliknya, jika tidak diungkap juga tidak akan mendatangkan jawaban. Satu kata, terlupakan, itulah yang pantas untuk menjawab kegelisahan ini. Lantas, sudah berapa lama telah meninggalkan dunia semu yang telah terlupakan. Jika diperhitungkan memang tidak menyita waktu lama, tetapi bagiku hal ini.telah menjadi persoalan serius. Bukan lagi pada taraf krisis minat, sudah tingkat akut! Waktu memang tidak akan pernah bisa kembali, sekalipun manusia bisa menciptakan mesin waktu tidak akan bermanfaat apapun. Seperti pepatah bilang, menyesal datangnya kemudian. Menyesal datang bukan karena tak ada sebab musabab, ada hal tertentu yang mendongkrak diri entah itu memang murni hidayah atau keinginan sesaat.
Dinamika kehidupan memang tidak selalu berjalan sesuai harapan. Manusia kadang lupa kadang ingat adalah hal yang wajar. Kenikmatan lain bisa jadi, menjadi faktor yang dominan untuk melupakan hal yang telah lalu. Hidup tidak ada yang dinamis, kadang menuruti keinginan kadang tidak. Jalan terjal memang selalu ada, dan itulah kemudian berwujud tantangan yang harus dipenuhi. Tinggal, langkah mana yang mau ditempuh, pilihan akan menentukan arah hidup. Hanya bisa mengisi kehidupan semu dunia, pilihan tetap menjadi masalah utama untuk terus hidup.
Menyesali hal yang telah lalu memang menyakitkan. Mengembalikan hasrat semangat kisah lalu memang tidak mudah dilakukan, semua itu butuh proses ! Tidak ada yang instan, kecuali ingin mengakhiri hidup. Momentum sejarah hanya bisa menjadi cerminan, tidak akan bisa mengembalikan ilmu atau akal. Perlu ada semacam penataan atau revitalisasi untuk menjamin perubahan baru. Entah itu akan menjadi sesuatu yang berkemajuan atau justru kemunduran. Tentu, menuju berkemajuan adalah impian, kemunduran akan menjadi pukulan keras untuk segera menuntut dirinya mengembalikan hasrat jati diri.
Tidak akan ada perubahan tanpa sikap realistis. Semua hanya akan menjadi keinginan semu yang tak memiliki nilai. Lakukan, lakukan, lakukan. Kalau perlu memang harus dipaksa sekalipun harus memulainya dari awal. Itulah yang menjadi landasan penulis mengubah nama blog ini menjadi catatan semu, bukan karena tanpa filosofi karena memang keadaan yang melakukannya. Biarlah memori kemarin menjadi anugerah yang tidak terlupakan, hanya satu yang kupinta, memulai kembali merajut benang yang telah putus. Menulis tidak terikat waktu, muda atau tua, mampu atau tidak, maupun berbobot atau ringan. Sudah bisa menata kembali dan punya ikhtikad baik untuk memulai setidaknya menjadi secercah harapan untuk memandu ke arah yang dituju. Semoga bukan hanya hasrat sesaat tetapi bisa berkelanjutan. Semoga saja.

0 Comments:

Posting Komentar