Jumat, 10 Mei 2013

Menyimak Sejenak Buya Syafii Maarif


Catatan Singkat Biografi
Ahmad Syafii Maarif atau lebih akrab disapa Pi’I (nama sapaan waktu kecil) lahir di Sumpurkudus, Sijunjung, Sumatra Barat. Beliau lahir pada 31 Mei 1935 (saat ini berusia mendekati 78 tahun). Ayahnya bernama Ma’rifah Rauf ialah ketua suku Melayu, sedang ibunya Fathiyah meninggalkan Pi’I saat masih usia 1,5 tahun karena meninggal. Ayahnya kemudian menitipkan pada bibinya, Bainah yang selalu mencintai dan merawat layaknya putranya sendiri.
Pi’I termasuk anak yang cerdas dan berbakat. Ketika mengeyam pendidikan di Sekolah Rakyat Sumpur Kudus, beliau mampu menuntaskan sekolahnya hanya dengan lima tahun saja. Beliau juga berbakat dalam silat, bahkan pandai berpidato saat masih usia muda. Setiap malam, beliau belajar mengaji dan silat di Surau bersama gurunya. Hingga suatu hari, gurunya meninggal beliau tetap terus giat berlatih dan berkeinginan untuk sekolah di Muhammadiyah. Hingga pada suatu saat, beliau merantau ke Pulau Jawa untuk melanjutkan sekolah, seperti impiannya belajar di Sekolah Muallimin Muhammadiyah, tepatnya di Yogyakarta, hingga menempuh pendidikan di luar negeri AS.
Menginjak usianya yang tak muda lagi, beliau tetap terus giat berkarya dan mengkritisi kebijakan pemerintah yang biasa beliau lontarkan lewat kolom-kolom koran dan buku. Beragam tulisannya yang nylentik, merefleksikan kita untuk terus berjuang melawan penjajahan baru, yakni penjajahan para penguasa politis yang tak lagi etis.

Pendidikan
1.      Madrasah Ibtidayah (Sekolah Rakyat) Sumpurkudus tahun 1947
2.      Madrasah Muallimin Lintau Sumbar tahun 1950
3.      Madrasah Muallimin di Yogyakarta tahun 1956
4.      Universitas Cokroaminoto Surakarta tahun 1964
5.      IKIP (UNY) tahun 1968
6.      Departemen Sejarah Ohio University di AS tahun 1982
7.      Universitas Chicago di AS tahun 1993

Karir
1.      Guru Besar UNY
2.      Anggota Dewan Pertimbangan Agung
3.      Ketua Umum PP Muhammadiyah Periode 2000-2005
4.      Kolumnis dan Pemakalah Seminar

Penghargaan
1.      HamengkuBuwono (2004)
2.      Magsaysay Award (2008)
3.      Bacharuddin Jusuf Habibie Awar (2010)
4.      Tokoh Perbukuan Islam (2011)
5.      MIPI Award (2011)
6.      Lifetime Achievement Soegeng Sarjadi Award on God Governance (2011)
7.      Amerika International Film Festival “Si Anak Kampoeng” (2012)
Pemikiran dan Sumbangsih bagi Negara
Ahmad Syafii Maarif merupakan tokoh yang giat dalam menjunjung nila-nilai toleransi terhadap umat beragama. Beliau sangat menentang adanya rasisme karena dianggap mengancam persatuan dan kesatuan bangsa ini. Berbagai pemikirannya telah terbukti membuahkan hasil, bisa dilihat dari berbagai penghargaan terkait perjuangan hubungan yang harmonis antar agama, etnis, dsb.
Beliau juga gencar melakukan kritik terhadap keadilan dan kepemimpinan negeri ini yang mulai bobrok, karena keadilan, politik sudah tak lagi berpihak pada rakyat, melainkan hanya demi kepentingan pribadi dan golongan. Politik bukan lagi menjadi alat penyalur aspirasi rakyat, tetapi lebih pada mencari uang. Kegelisahan-kegelisahannya, lebih banyak beliau tuangkan dalam bentuk-bentuk tulisan hingga buku, salah satunya ialah menggugah nurani bangsa, bentuk keprihatinan beliau terhadap sikap rasisme di negeri ini, politisi liar, kritik terhadap golongan cendekiawan yang kian memburuk hingga langkah harapan gerakan Muhammadiyah dalam mencerahkan arah bangsa ini.
Berbagai jenis tulisan pernah beliau lontarkan lewat buku maupun kolom-kolom opini di koran, misalkan saja Geraan Komunis di Vietnam, Aspirasi Umat Islam Indonesia, Menggugah Nurani Bangsa, Titik-titik kisar Perjalananku, Tuhan Menyapa Kita, Duta Islam untuk Dunia Modern, Islam dan Masalah Kenegaraan, Dinamika Islam dsb.
Kelebihan dan kekurangan Pak Syafii Maarif :
Walaupun sudah menginjak usia yang tak lagi muda, beliau masih tetap gencar melakukan kritik baik di buku maupun media, mengindikasikan bahwa usia tak menggerus semangat beliau untuk terus membangun dan menyumbangkan pemikiran yang baik untuk kelangsungan kehidupan bangsa dan negara ini. Mengingat masih banyaknya permasalahan negeri ini yang harus dituntaskan, baik dari para pemimpinnya, politik, perkembangan arus globalisasi, budaya rasisme oleh agama hingga melontarkan berbagai tawaran solusi dalam mengatasi masalah negara yang kian mengkhawatirkan.
Terkadang beliau juga mengkritik terhadap negara dengan cercaan yang cukup keras dan nylentik. Walaupun beberapa karya buku cukup bagus, tetapi juga memiliki kelemahan bahkan ad isu bahwa buku beliau kurang layak untuk menerima penghargaan, di samping masih banyak buku lain yang lebih unggul dan cermat dalam penulisannya. 

0 Comments:

Posting Komentar