Catatan Singkat Biografi
Ahmad Syafii Maarif atau lebih akrab
disapa Pi’I (nama sapaan waktu kecil) lahir di Sumpurkudus, Sijunjung, Sumatra
Barat. Beliau lahir pada 31 Mei 1935 (saat ini berusia mendekati 78 tahun).
Ayahnya bernama Ma’rifah Rauf ialah ketua suku Melayu, sedang ibunya Fathiyah
meninggalkan Pi’I saat masih usia 1,5 tahun karena meninggal. Ayahnya kemudian
menitipkan pada bibinya, Bainah yang selalu mencintai dan merawat layaknya
putranya sendiri.
Pi’I termasuk anak yang cerdas dan
berbakat. Ketika mengeyam pendidikan di Sekolah Rakyat Sumpur Kudus, beliau
mampu menuntaskan sekolahnya hanya dengan lima tahun saja. Beliau juga berbakat
dalam silat, bahkan pandai berpidato saat masih usia muda. Setiap malam, beliau
belajar mengaji dan silat di Surau bersama gurunya. Hingga suatu hari, gurunya
meninggal beliau tetap terus giat berlatih dan berkeinginan untuk sekolah di
Muhammadiyah. Hingga pada suatu saat, beliau merantau ke Pulau Jawa untuk
melanjutkan sekolah, seperti impiannya belajar di Sekolah Muallimin
Muhammadiyah, tepatnya di Yogyakarta, hingga menempuh pendidikan di luar negeri
AS.
Menginjak usianya yang tak muda lagi,
beliau tetap terus giat berkarya dan mengkritisi kebijakan pemerintah yang
biasa beliau lontarkan lewat kolom-kolom koran dan buku. Beragam tulisannya
yang nylentik, merefleksikan kita untuk terus berjuang melawan penjajahan baru,
yakni penjajahan para penguasa politis yang tak lagi etis.
Pendidikan
1.
Madrasah
Ibtidayah (Sekolah Rakyat) Sumpurkudus tahun 1947
2.
Madrasah
Muallimin Lintau Sumbar tahun 1950
3.
Madrasah
Muallimin di Yogyakarta tahun 1956
4.
Universitas
Cokroaminoto Surakarta tahun 1964
5.
IKIP
(UNY) tahun 1968
6.
Departemen
Sejarah Ohio University di AS tahun 1982
7.
Universitas
Chicago di AS tahun 1993
Karir
1.
Guru
Besar UNY
2.
Anggota
Dewan Pertimbangan Agung
3.
Ketua
Umum PP Muhammadiyah Periode 2000-2005
4.
Kolumnis
dan Pemakalah Seminar
Penghargaan
1.
HamengkuBuwono
(2004)
2.
Magsaysay
Award (2008)
3.
Bacharuddin
Jusuf Habibie Awar (2010)
4.
Tokoh
Perbukuan Islam (2011)
5.
MIPI
Award (2011)
6.
Lifetime
Achievement Soegeng Sarjadi Award on God Governance (2011)
7.
Amerika
International Film Festival “Si Anak Kampoeng” (2012)
Pemikiran dan Sumbangsih bagi Negara
Ahmad Syafii Maarif merupakan tokoh
yang giat dalam menjunjung nila-nilai toleransi terhadap umat beragama. Beliau
sangat menentang adanya rasisme karena dianggap mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa ini. Berbagai pemikirannya telah terbukti membuahkan hasil,
bisa dilihat dari berbagai penghargaan terkait perjuangan hubungan yang
harmonis antar agama, etnis, dsb.
Beliau juga gencar melakukan kritik
terhadap keadilan dan kepemimpinan negeri ini yang mulai bobrok, karena
keadilan, politik sudah tak lagi berpihak pada rakyat, melainkan hanya demi
kepentingan pribadi dan golongan. Politik bukan lagi menjadi alat penyalur
aspirasi rakyat, tetapi lebih pada mencari uang. Kegelisahan-kegelisahannya,
lebih banyak beliau tuangkan dalam bentuk-bentuk tulisan hingga buku, salah
satunya ialah menggugah nurani bangsa, bentuk keprihatinan beliau terhadap
sikap rasisme di negeri ini, politisi liar, kritik terhadap golongan
cendekiawan yang kian memburuk hingga langkah harapan gerakan Muhammadiyah
dalam mencerahkan arah bangsa ini.
Berbagai jenis tulisan pernah beliau
lontarkan lewat buku maupun kolom-kolom opini di koran, misalkan saja Geraan
Komunis di Vietnam, Aspirasi Umat Islam Indonesia, Menggugah Nurani Bangsa,
Titik-titik kisar Perjalananku, Tuhan Menyapa Kita, Duta Islam untuk Dunia
Modern, Islam dan Masalah Kenegaraan, Dinamika Islam dsb.
Kelebihan dan kekurangan Pak Syafii Maarif :
Walaupun sudah menginjak usia yang
tak lagi muda, beliau masih tetap gencar melakukan kritik baik di buku maupun
media, mengindikasikan bahwa usia tak menggerus semangat beliau untuk terus
membangun dan menyumbangkan pemikiran yang baik untuk kelangsungan kehidupan
bangsa dan negara ini. Mengingat masih banyaknya permasalahan negeri ini yang
harus dituntaskan, baik dari para pemimpinnya, politik, perkembangan arus
globalisasi, budaya rasisme oleh agama hingga melontarkan berbagai tawaran
solusi dalam mengatasi masalah negara yang kian mengkhawatirkan.
Terkadang beliau juga mengkritik
terhadap negara dengan cercaan yang cukup keras dan nylentik. Walaupun beberapa
karya buku cukup bagus, tetapi juga memiliki kelemahan bahkan ad isu bahwa buku
beliau kurang layak untuk menerima penghargaan, di samping masih banyak buku
lain yang lebih unggul dan cermat dalam penulisannya.
0 Comments:
Posting Komentar