Jumat, 10 Mei 2013

Budaya Patriarki Picu Aksi Kriminalitas Wanita


Kriminalitas seakan tak mau hengkang di negeri ini. Bagaimana tidak, persoalan ekonomi, sosial maupun budaya di masyarakat telah mendorong adanya kejahatan, baik itu kejahatan pencurian, penganiayaan, tindak asusila, pemerkosaan hingga kasus pembunuhan. Dari tindak kriminal yang ada, tak sedikit wanita menjadi korban aksi kejahatan, khususnya pemerkosaan dan tindak asusila. Budaya patriarki terus membelenggu, mengakibatkan laki-laki memandang rendah wanita dan berbuat semena-mena.
Kasus Priya Puspita Lestari (17) salah satu siswi SMK di Sleman telah menyita perhatian publik. Aksi kebiadaban yang dilakukan oleh ayah dan anak, juga keterlibatan oknum aparat kepolisian mencederai moral bangsa. Tindakan pemerkosaan dan pembunuhan dilakukan hanya untuk mencari kesenangan sesaat, dinilai melecehkan harkat dan martabat wanita. Belum luput dari itu, lagi, kasus serupa (baca:asusila) dilakukan oleh seorang nelayan menyetubuhi anak tirinya dari umur 12 tahun. Rentannya posisi wanita sebagai dalang citra buruk, menjadi corong menguatnya aksi kriminalitas.
Wanita sering menjadi ancaman dan sasaran dalam dunia kriminal. Terlebih dengan tabiat hawa nafsu laki-laki yang lebih besar dibanding laki-laki, memicu untuk berbuat keji. Kemolekan wanita telah meracuni pikiran dan niat yang buruk. Inilah bentuk keroposnya akhlak, celah-celah keimanan bocor dan menjadi peluang syaithan untuk mengajak ke perbuatan itu. Ada kalanya keimanan seseorang turun dan naik. Inilah yang harusnya menjadi tantangan laki-laki untuk mengendalikan syahwat, tentunya juga didukung oleh lingkungan wanita yang memiliki akhlak yang baik pula, tidak mengumbar keindahan tubuh.
Refleksi akan lahirnya Hari Kartini belum mampu menjadi cahaya dalam memperjuangkan emansipasi wanita. Hari Kartini hanya dianggap isapan formalitas semata, bukan menjadi wajah refleksi untuk memperjuangkan hak yang sama. Terbukti dengan masih bergulirnya tindakan yang menyudutkan wanita, yakni perlakuan buruk terhadapnya. Hal ini sudah membudaya di masyarakat yang harus dituntaskan, mengingat setiap manusia memiliki hak yang sama serta wajib menghormati atas kepribadian. Dalam Islam pun, wanita dimuliakan. Tidak ada sekat di antara laki-laki, terkecuali jika mereka melakukan perbuatan keji. Hal ini mengindikasikan bahwa pola dan budaya masyarakat yang patut dibenahi, bukan karena wanitanya.
                Budaya patriarki semacam ini, haruslah menjadi cerminan untuk terus memperjuangkan hak wanita. Menghilangkan sebuah budaya tidaklah mudah, akan tetapi untuk menguranginya masih bisa menjadi harapan. Mensubtitusikan budaya yang lebih baik, mencitrakan wanita sebagai sosok yang mulia, serta memperbaiki akhlak pribadi manusia bisa menjadi langkah kecil yang nyata untuk menumpas paradigma patriarki. Bila hal ini dilakukan, maka tingkat kriminalitas dengan korban wanita akan ikut menurun juga.[]

0 Comments:

Posting Komentar