Senin, 24 September 2012

Differensiasi Sosial Desa-Kota


Perubahan era tradisional ke arah modernisasi tak luput membawa perubahan terhadap masyarakat. Seiring dengan berjalannya waktu, turut mengubah karakteristik personal. Seperti yang terjadi di lingkungan perkotaan maupun pedesaan saat ini. Di perkotaan misalnya wilayah Pakel, Pandeyan Umbulharjo Yogyakarta, masyarakat cenderung bersifat individualistik atau memarginalkan diri dari lingkungan sosial setempat. Hal ini terbukti oleh saat adanya kegiatan di kampung ini dan interaksi antar warganya jauh yang diharapkan. Sepinya saat kegiatan berlangsung atau interaksi antar personal warga masih kurang. Mungkin karena kesibukan masing-masing warga yang lebih ke arah pekerjaan pribadi, perubahan sosial akibat perkembangan teknologi menyebabkan masyarakat hedonis atau kondisi psikologis masyarakat yang cenderung ingin mengasingkan diri dari kehidupan sekitar.
Uniknya, rata-rata yang tinggal di perkotaan kurang memperhatikan kondisi lingkungan di sekitarnya. Semisal, hubungan dengan tetangga yang kurang, sering kali tidak mengenal tetangga-tetangga atau warga di kampung. Biasanya secara personal lebih suka menyendiri atau asik untuk melakukan hubungan kontak dengan luar daerah ini. Akibatnya, hubungan antar warga di sini sangat renggang dan jauh. Walaupun secara realita masih dalam suatu wilayah yang sama.
 Sebaliknya berbeda dengan kedua wilayah lainnya di desa Kuden, Sitimulyo Barat, Piyungan Bantul dan Dongkelan, Sewon, Bantul yang cenderung cukup baik dalam hal interaksi sosial maupun kegiatan pedesaan. Bisa dilihat ketika ada kegiatan seperti kerja bakti sosial, kegiatan desa, maupun jumlah dari jamaah shalatnya. Tingkat partisipasi dan dukungan sosial sangat tinggi. Karena banyaknya waktu luang, pekerjaan masyarakat yang kebanyakan petani dan memiliki lahan usaha di rumah menjadi pemicu mereka untuk bisa berinteraksi lebih banyak lagi guna menjalin persaudaraan bersama.
Perbedaan corak inilah yang menjadi hal menarik untuk diklarifikasi penyebab dari persoalan sosial masyarakat. Pada hakekatnya, manusia adalah makhluk sosial, tidak bisa lepas dari bantuan orang lain. Manusia juga tak bisa memungkiri untuk lepas dari kehidupan masyarakat sekitar karena interaksi sosial sangat dibutuhkan dalam hal ini. Peneguhan kembali berbeda hanyalah karakteristik dari lingkungan itu sendiri apakah mendukung atau tidak menjadi penentu cirri khas masyarakat tersendiri.
Jika melihat dari proses interaksi di perkotaan biasanya dilakukan secara tidak langsung tetapi melalui teknologi seperti handphone, internet, chatting, email dan sebagainya. Sedangkan di pedesaan lebih berinteraksi secara langsung dengan melakukan pertemuan bersama, silaturahmi, maupun sekedar mengobrol bersama ketika bekerja di lading atau perbukitan.
Mengkaji permasalahan itu, berdasarkan bahan pustaka buku Pengantar Sosiologi: pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial, teori, aplikasi dan pemecahannya ada dua model tingkatan hubungan kontak sosial diantaranya:
a.       Kontak sosial primer, melalui hubungan langsung seperti berjabat tangan, bercakap-cakap dan sebagainya.
b.      Kontak sosial sekunder, hubungan terjadi tidak secara langsung melainkan melalui teknologi komunikasi seperti dialog interaktif dengan media, berbicara lewat telepon, faksimil, email, chatting dan sebagainya.
Dari dua model tersebut di dapat menjadi pemicu pembeda antara keadaan di desa dan kota dalam hal kontak sosial. Masyarakat kota cenderung lebih menyukai kontak lewat komunikasi digital dan modern sedangkan masyarakat desa lebih menyukai untuk kontak secara langsung seperti pertemuan desa, arisan dan sebagainya.
            Ini diakibatkan oleh perubahan sosial budaya di tubuh masyarakat kota yang cenderung lebih cepat dibandingkan di pedesaan. Ada dua faktor yang melandasi penyebab perubahan ini seperti:
Faktor internal: Adanya kesadarn diri bahwa adanya kekurangan terhadap budaya milik sendiri. Biasanya memberikan perhatian lebih kepada budaya pada kelompok lain atau wilayah lain. Gejala masyarakat Indonesia sebagian selalu berorientasi pada kebudayaan barat yang dianggap lebih unggul. Kenyataan inilah yang membuat orang tidak mau ketinggalan dengan orang lain. Akibatnya kesadaran terhadap budaya sendiri mulai memudar dan ditinggalkan.
Faktor eksternal: Bisa dilihat fenomena anak-anak muda di perkotaan saat ini, bahwa system nilai dan norma bangsa telah bergeser ke barat-baratan. Dalam falsafah Jawa telah disebutkan:”Wong Jawa kari separo, Wong Landa gela-gelo, Wong Cina kari sejodo” artinya orang Jawa tinggal separuh, bangsa Barat menjadi congkak, bangsa Cina tinggal sejodoh. Menjadi sebuah indikasi adanya arah ke westernisasi dan mulai menggandrungi sistem sosiokultural masyarakat
Kaitannya dengan interaksi sosial di desa, menurut Ferdinand Tonies merupakan bentuk gemeinchaft yaitu kelompok paguyupan, sebagai bentuk kehidupan sosial yang tiap-tiap anggota kelompok diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersikap kekal dan alamiah. Dasar hubungan antar anggota adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang sudah dikodratkan, sehingga kehidupan ini bersifat organis dan nyata tanpa pamrih. Dalam kontak dan komunikasi sosial membentuk interaksi sosial secara langsung face to face, informal, bersifat pribadi. Diketahui bahwa hubungan antar personal sangat dekat dan saling mengenal, maka hubungan interaksi terjadi hampir setiap waktu. Sedangkan untuk hubungan formalitas atau resmi terjadi saat acara di desa seperti keselamatan, hajatan perkawinan dan sebagainya.
Sedangkan diperkotaan, meminjam kembali istilah Ferdinand Tonies adalah kelompok gesseslchaft yaitu kelompok patembayan, bahwa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu pendek. Strukturnya msih mekanis menggunakan mesin pembantu. Terdapat hubungan timbale balik dalam bentuk perjanjian-perjanjian tertentu yang oriesntasinya adalah keuntungan. Selain itu, dalam interaksi sosialnya bersifat tak langsung. Kontak dan komunikasi sosial yang membentuk interaksi sosial biasanya terjadi secara personal dengan mempertimbangkan aspek untung rugi dari interaksi yang dilakukan. Terlebih dalam hubungan, masyarakat perkotaan cenderung kurang atau saling tidak mengenal satu sama lain karena hubungan hanya dilakukan seperlunya saja. Hampir hubungan yang dilakukan hanya bersifat formal saja.






0 Comments:

Posting Komentar