Perubahan
era tradisional ke arah modernisasi tak luput membawa perubahan terhadap
masyarakat. Seiring dengan berjalannya waktu, turut mengubah karakteristik
personal. Seperti yang terjadi di lingkungan perkotaan maupun pedesaan saat
ini. Di perkotaan misalnya wilayah Pakel, Pandeyan Umbulharjo Yogyakarta,
masyarakat cenderung bersifat individualistik atau memarginalkan diri dari
lingkungan sosial setempat. Hal ini terbukti oleh saat adanya kegiatan di
kampung ini dan interaksi antar warganya jauh yang diharapkan. Sepinya saat
kegiatan berlangsung atau interaksi antar personal warga masih kurang. Mungkin
karena kesibukan masing-masing warga yang lebih ke arah pekerjaan pribadi,
perubahan sosial akibat perkembangan teknologi menyebabkan masyarakat hedonis
atau kondisi psikologis masyarakat yang cenderung ingin mengasingkan diri dari
kehidupan sekitar.
Uniknya,
rata-rata yang tinggal di perkotaan kurang memperhatikan kondisi lingkungan di
sekitarnya. Semisal, hubungan dengan tetangga yang kurang, sering kali tidak
mengenal tetangga-tetangga atau warga di kampung. Biasanya secara personal lebih
suka menyendiri atau asik untuk melakukan hubungan kontak dengan luar daerah
ini. Akibatnya, hubungan antar warga di sini sangat renggang dan jauh. Walaupun
secara realita masih dalam suatu wilayah yang sama.
Sebaliknya berbeda dengan kedua wilayah lainnya
di desa Kuden, Sitimulyo Barat, Piyungan Bantul dan Dongkelan, Sewon, Bantul
yang cenderung cukup baik dalam hal interaksi sosial maupun kegiatan pedesaan.
Bisa dilihat ketika ada kegiatan seperti kerja bakti sosial, kegiatan desa,
maupun jumlah dari jamaah shalatnya. Tingkat partisipasi dan dukungan sosial
sangat tinggi. Karena banyaknya waktu luang, pekerjaan masyarakat yang
kebanyakan petani dan memiliki lahan usaha di rumah menjadi pemicu mereka untuk
bisa berinteraksi lebih banyak lagi guna menjalin persaudaraan bersama.
Perbedaan
corak inilah yang menjadi hal menarik untuk diklarifikasi penyebab dari
persoalan sosial masyarakat. Pada hakekatnya, manusia adalah makhluk sosial,
tidak bisa lepas dari bantuan orang lain. Manusia juga tak bisa memungkiri
untuk lepas dari kehidupan masyarakat sekitar karena interaksi sosial sangat
dibutuhkan dalam hal ini. Peneguhan kembali berbeda hanyalah karakteristik dari
lingkungan itu sendiri apakah mendukung atau tidak menjadi penentu cirri khas
masyarakat tersendiri.
Jika
melihat dari proses interaksi di perkotaan biasanya dilakukan secara tidak
langsung tetapi melalui teknologi seperti handphone, internet, chatting, email
dan sebagainya. Sedangkan di pedesaan lebih berinteraksi secara langsung dengan
melakukan pertemuan bersama, silaturahmi, maupun sekedar mengobrol bersama
ketika bekerja di lading atau perbukitan.
Mengkaji permasalahan itu, berdasarkan bahan pustaka buku Pengantar Sosiologi: pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial, teori, aplikasi dan pemecahannya ada dua model tingkatan hubungan kontak sosial diantaranya:
Mengkaji permasalahan itu, berdasarkan bahan pustaka buku Pengantar Sosiologi: pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial, teori, aplikasi dan pemecahannya ada dua model tingkatan hubungan kontak sosial diantaranya:
a.
Kontak sosial primer, melalui hubungan
langsung seperti berjabat tangan, bercakap-cakap dan sebagainya.
b.
Kontak sosial sekunder, hubungan terjadi
tidak secara langsung melainkan melalui teknologi komunikasi seperti dialog
interaktif dengan media, berbicara lewat telepon, faksimil, email, chatting dan
sebagainya.
Dari dua model tersebut
di dapat menjadi pemicu pembeda antara keadaan di desa dan kota dalam hal
kontak sosial. Masyarakat kota cenderung lebih menyukai kontak lewat komunikasi
digital dan modern sedangkan masyarakat desa lebih menyukai untuk kontak secara
langsung seperti pertemuan desa, arisan dan sebagainya.
Ini
diakibatkan oleh perubahan sosial budaya di tubuh masyarakat kota yang
cenderung lebih cepat dibandingkan di pedesaan. Ada dua faktor yang melandasi
penyebab perubahan ini seperti:
Faktor internal: Adanya
kesadarn diri bahwa adanya kekurangan terhadap budaya milik sendiri. Biasanya
memberikan perhatian lebih kepada budaya pada kelompok lain atau wilayah lain.
Gejala masyarakat Indonesia sebagian selalu berorientasi pada kebudayaan barat
yang dianggap lebih unggul. Kenyataan inilah yang membuat orang tidak mau
ketinggalan dengan orang lain. Akibatnya kesadaran terhadap budaya sendiri
mulai memudar dan ditinggalkan.
Faktor eksternal: Bisa
dilihat fenomena anak-anak muda di perkotaan saat ini, bahwa system nilai dan
norma bangsa telah bergeser ke barat-baratan. Dalam falsafah Jawa telah
disebutkan:”Wong Jawa kari separo, Wong Landa gela-gelo, Wong Cina kari sejodo”
artinya orang Jawa tinggal separuh, bangsa Barat menjadi congkak, bangsa Cina
tinggal sejodoh. Menjadi sebuah indikasi adanya arah ke westernisasi dan mulai
menggandrungi sistem sosiokultural masyarakat
Kaitannya dengan
interaksi sosial di desa, menurut Ferdinand Tonies merupakan bentuk gemeinchaft
yaitu kelompok paguyupan, sebagai bentuk kehidupan sosial yang tiap-tiap
anggota kelompok diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersikap kekal dan
alamiah. Dasar hubungan antar anggota adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang
sudah dikodratkan, sehingga kehidupan ini bersifat organis dan nyata tanpa
pamrih. Dalam kontak dan komunikasi sosial membentuk interaksi sosial secara
langsung face to face, informal, bersifat pribadi. Diketahui bahwa hubungan
antar personal sangat dekat dan saling mengenal, maka hubungan interaksi
terjadi hampir setiap waktu. Sedangkan untuk hubungan formalitas atau resmi
terjadi saat acara di desa seperti keselamatan, hajatan perkawinan dan
sebagainya.
Sedangkan diperkotaan,
meminjam kembali istilah Ferdinand Tonies adalah kelompok gesseslchaft yaitu
kelompok patembayan, bahwa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu
pendek. Strukturnya msih mekanis menggunakan mesin pembantu. Terdapat hubungan
timbale balik dalam bentuk perjanjian-perjanjian tertentu yang oriesntasinya
adalah keuntungan. Selain itu, dalam interaksi sosialnya bersifat tak langsung.
Kontak dan komunikasi sosial yang membentuk interaksi sosial biasanya terjadi
secara personal dengan mempertimbangkan aspek untung rugi dari interaksi yang
dilakukan. Terlebih dalam hubungan, masyarakat perkotaan cenderung kurang atau
saling tidak mengenal satu sama lain karena hubungan hanya dilakukan seperlunya
saja. Hampir hubungan yang dilakukan hanya bersifat formal saja.
0 Comments:
Posting Komentar